cerpen romantis masa lalu



Lovely Mumbay
S
         
uasana Bandung ditengah hari memang sangat panas. Gladis telah setengah jam menunggu sopir ayahnya datang. Dengan gelisah dia berdiri di depan gerbang sekolahnya. Priamita Gladis Sanjay adalah nama lengkapnya. Dia seorang gadia cantik, imut, manis, baik hati, perhatian, pintar lagi tapi juga suka cuek sama cowok yang belum ia kenal. Dia berusia 17 tahun dan sekarang dia duduk di kelas 2 SMA. Ibunya asli orang Bandung sedangkan ayahnya orang India. Lima menit kemudian sopir ayahnya datang.
“Dari mana saja sih, Pak?” Tanya Gladis sambil cemberut
“Maaf Non, tadi saya habis mengantar ayah Non meeting. Katanya penting banget.” Jawab Pak Kusdi si supir
“Oh… yaudah kalau gitu, tapi jalannya cepetan ya Pak! soalnya aku sudah capek banget.” Ucap Gladis
“Baik, Non.”  Sahut Pak Kusdi
Sepuluh menit kemudian mereka sampai di rumah
“Eh Gladis sudah pulang, capek ya?” Tanya sang Mama penuh perhatian
“Iya Mah, Gladis capek banget. Oh ya Mah, Ayah meeting apaan sih? Kok kata Pak Kusdi penting banget?” Tanya Gladis
“Mana Mama tau, tanya saja sama Ayahmu nanti kalau sudah pulang, sekarang kamu cepetan ganti baju terus makan!” perintah mamanya
“Baik Mam.” Sahut Gladis
Tin…tin…tin. Suara bel mobil yang dikendarai Pak Kusdi telah datang itu berarti ayah Gladis telah selesai meeting dan tanda pada Mbok Iyem untuk membukakan pintu gerbang. Dengan bergegas ayah Gladis menuju ke ruang keluarga dan menemui sang istri yang sedang merangkai bunga.
“Ma…Gladis mana? Ayah mau bicara.” Tanya ayah Gladis
“Ada di kamar. Memangnya ada apa Yah? Kok kelihatannya penting?” Tanya sang istri penasaran
“Iya, nanti mama juga akan tau, tapi panggil Gladis dulu!” perintah ayah Gladis
“Baik Yah, nanti saya akan suruh Iyem bikin teh untuk Ayah lalu saya akan panggil Gladis.” Ucap sang istri
Kemudian Mamah Gladis cepat-cepat ke dapur untuk menyuruh Iyem dan pergi ke kamar Gladis. Lalu mereka berdua menuruni tangga bersama-sama untuk menuju ke ruang keluarga.
“Ada apa, Yah?” Tanya Gladis tanpa basa-basi
“Baiklah, Ayah akan bicara. Hal yang pertama, mulai sekarang Ayah akan ditugaskan di India. Negara tempat asal Ayah dan kita semua akan pindah ke sana.” Jelas Ayahnya
“India…!” kata Gladis terkejut
“Iya, lalu yang kedua, kamu akan ayah jodohkan dengan putra anak teman Ayah yang tinggal di India. Kami sudah sepakat, tinggal menentukan bulan dan harinya. Dia bernama Chrisna.” Kata ayah Gladis
“Hah… dijodohkan? Tapi Gladis masih sekolah, Yah. Bagaimana dengan sekolah Gladia di Bandung? Gladis kan belum tau orangnya, Yah!” Tanya Gladis beruntun
“Kamu akan Ayah pindahkan sekolah ke India. Kalau tentang Chrisna kamu tak usah khawatir, Ayah tidak akan salah memilih dia. Tapi tenang saja Gladis perjodohan itu masih lama. Kita akan pindah besuk, jadi berkemas-kemaslah sekarang! Kamu setujukan dengan perjodohan itu?” Tanya Ayahnya
“Iya.” Jawab Gladis datar karna dia tau bahwa dia tidak dapat memilih. Ayahnya berwatak keras kepala dan dia harus menuruti keinginan ayahnya sebagai anak yang baik. Ibunya juga hanya bisa diam dan pasrah dengan keputusan suaminya itu. Walau ia tau perasaan Gladis sebenarnya, tapi sayang dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Kemudian Gladis masuk ke kamarnya dengan lesu. Dia mulai membereskan semua pakaian dan barang serta foto-foto dia bersama teman-temannya. Tapi Gladis mulai sadar bahwa berlarut-larut dalam kesedihan tidak akan memecahkan masalah dan hanya akan menambah beban. Lalu Gladis mulai bersemangat lagi, dia akan mencoba memulai hidup barunya di India dan akan meninggalkan kota Bandung juga teman-teman tercintanya. Toh, tunangannya masih lama jadi ia masih bisa bebas.
Pagi-pagi sekali Gladis dan keluarganya meninggalkan kota kembang itu. Gladis hanya dapat melambaikan tangan sewaktu di pesawat. Kini Gladis harus bisa menyesuaikan diri di negara yang beda dengan adat istiadat yang berbeda pula.
Satu tahun telah berlalu. Gladis menjalani hari-harinya dengan gembira. Kini Gladis telah lulus SMA dan dia akan melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Untuk mengisi liburan Gladis memutuskan pergi ke Mumbay. Sayangnya Gladis harus pergi sendirian karena orang tuanya sibuk dengan urusan lain.
“Sudah siap semua, Gladis?” Tanya mamanya, sebelum Gladis pergi ke Bombay.
“Sudah, mah.” Jawab Gladis
“Gladis hati-hati ya di sana! Ayah hanya berpesan supaya kamu tidak lupa akan hari pertunanganmu setelah kamu pulang dari Mumbay dan satu lagi apabila kamu ditanya orang kamu gunakan nama Priamita, karena kamu harus menyesuaikan diri!” kata ayah Gladis panjang lebar
“Baik Ayah, Gladis eh Priamita gak akan lupa semuanya.” Jawab Gladis meyakinkan ayahnya
“Ha…ha…ha…anak Ayah memang pintar.” Kata ayahnya memuji
Tak lama kemudian Gladis atau Priamita berpamitan kepada orang tuanya dan…
“Mumbay…I am coming.” Teriak gembira Pria sewaktu keluar rumah.
Di dalam pesawat Pria hanya bisa diam karena tidak ada teman untuk diajak bicara. Apa lagi sebelahnya cowok. Tetapi cowok itu selalu memperhatikan Pria tanpa sepengetahuannya.
“Hai… mau kemana?” sapa cowok itu tiba-tiba
“Mumbay.” Jawaban singkat namun pasti yang keluar dari mulut Pria
“Wah…sama donk, aku juga mau kesana. Eh, ngomog-ngomong kamu kok bisa bahasa Indonesia, orang mana sih? Dan nama kamu siapa?” Tanya cowok itu beruntut
“Tanya gak bisa satu-satu apa?”emosi Pria mulai tampak
“Duh cantik-cantik marahan! Aku Rach dari India, tapi aku dulu pernah tinggal beberapa bulan di Indonesia jadi aku bisa bahasa Indonesia. Kalau kamu? Ucap cowok itu
“Sama.” Jawab Pria dengan cuek
“Hah…sama! Oh…nama kamu juga Rach!” sahut cowok itu sambil tertawa
Pria memasang muka masam dan sebel pada cowok itu. Tiba-tiba Hp Pria berdering. Ternyata ayahnya yang menelfon dan menanyakan keadaannya. Tanpa sadar Pria menggunakan loudspeaker untuk berbicara. Sehingga cowok itu mengetahui pembicaraan Pria dan ayahnya.
“Pria, gimana keadaan kamu? Kamu baik-baik saja kan?” Tanya ayahnya dari jauh sana
“Baik-baik saja, Yah.” Sahut Pria
“Ya udah, kalau begitu Ayah jadi tenang. Yaudah hati-hati ya, putri kesayangan Ayah, Priamita!” Kata ayah sambil munutup telfonnya.
Kini giliran cowok itu yang membuka mulut lagi.
“Oooo…jadi Priamita ya!” kata cowok itu sambil tersenyum
“Eh, tapi Priamita siapa ya? Jangan-jangan Priamita si judes!” lanjut cowok tersebut
“Priamita Gladis Sanjay.” Jawab Pria singkat
“Oh…ada kepanjangannya ya.”
Dengan jabat tangan Rach memperkenalkan dirinya
“Rach Maholtra.”
Tapi sayang jabatan tangan Rach tidak dibalas oleh Pria
“Rach dilawan… aku akan dapetin kamu Pria, karena aku tau kamu bukan cewek sembarangan.” Kata Rach dalam hati
Satu jam kemudian mereka tiba di Mumbay. Lalu dengan cepat Pria keluar dari bandara dan mencari hotel. Setelah mendapatkan hotel dan beres-beres, ia keluar dari kamar hotel. Eh gak taunya Rach menginap di hotel yang sama dengannya, apalagi kamarnya bersebelahan dengan Pria.
“Kamu! Kamu ngapain disini?” Tanya Pria heran
“Ngikutin kamu.” Jawab Rach datar
Di mana Pria berada, disitu Rach juga ada. Akhirnya, Pria menyerah dan memutuskan menjadi teman Rach. Betapa bahagianya hati Rach. Usahanya selama 3 hari untuk membuka pintu hati Pria menjadi teman Rach tidak sia-sia. Hari ke-4 di Mumbay, mereka berdua jalan-jalan, bermain, dan bergurau bersama.
“Pria, lihat! Aku bisa menembak tepat sasaran untuk dapetin boneka itu!” kata Rach penuh semangat
“Oh ya, coba aku ingin lihat!” tantang Pria
Sudah 99 kali tembakan Rach belum berhasil juga. Akhirnya Pria memutuskan untuk duduk di bangku taman. Tapi Rach tidak mau menyerah, tembakan ke 100 pun dia belum berhasil. Pemilik toko mainan itu hanya bisa mengelengkan kepala melihat Rach. Tapi apa yang ia lakukan? Pemilik toko itu membawa boneka beruang yang diinginkan Rach ke hadapan Rach.
“Nak, ambil ini!” ucap si pemilik toko
“Emm…berapa Pak harganya?” Tanya Rach
“Tidak usah, Nak. Berikan ini pada gadis pujaanmu itu. Ayo cepat sana!” suruh si pemilik toko
“Hah…yang benar, Pak? Terima kasih ya.” Kata Rach bahagia
Kemudian Rach pun berlari mendekati Pria dan memberikan boneka tersebut padanya.
“Cintaku, lihat aku berhasil mendapatkan boneka ini!” kata Rach santai
“Bohong.” Jawab Pria singkat
“Memang iya.” Sahut Rach
Akhirnya merekapun saling berkejar-kejaran dan sampailah di tepi kolam. Menurut orang sana, bila kita melemparkan sebuah koin ke dalam kolam itu dan memohon sebuah permintaan, jika koin itu bisa ditemukan oleh si pengambil koin, permintaan tersebut akan terkabul. Pria tidak mau melewatkan kesempatan tersebut. Dia melempar koin ke dalam kolam dan memohon sebuah permintaan dengan memejamkan matanya. Setelah selesai, si pengambil koin mengatakan bahwa koinnya tidak dapat ditemukan. Pria menjadi gelisah. Bagaimana tidak, sebenarnya Pria meminta supaya dia bisa pulang ke India bersama Rach dan bertunangan dengannya. Tetapi koinnya tidak ditemukan. Dia menjadi sangat gusar sekali.
Tiba-tiba Rach melepaskan jaketnya dan “Byurr…” Rach terjun ke dalam kolam. Pria dan orang-orang yang melihatnya terkejut. Beberapa saat kemudian Rach keluar dengan membawa koin itu. Betapa bahagianya hati Pria. Sorak gembirapun terdengar dari pengunjung yang lain. Waktu Rach memberikan koin itu pada Pria “Krik…” ada yang memotretnya. Lalu sang cameramen memberikan foto itu pada Rach. Hari itu sungguh sangat menyenangkan tapi sayangnya Pria harus pulang malam itu juga. Akhirnya Rach mengantarkan Pria dengan mobil. Dalam perjalanan pulang Rach dan Pria hanya diam. Mereka tidak tau apa yang harus dibicarakan. Paginya mereka berdua sampai di rumah Pria.
“Pria, kenapa kamu harus pergi? Kamu kan tau kalau aku sangat mencintai kamu.” Tanya Rach terus terang
“Rach, aku harus tunangan. Maaf. Oh ya foto itu kamu saja yang bawa!” ucap Pria
“Tidak, kamu saja!” kata Rach lagi
“Tidak, kamu saja!” bantah Pria
Akhirnya Rach merobek foto itu menjadi 2 bagian dan menyerahkan foto dirinya kepada Pria dan dia sendiri membawa foto Pria.
“Pria, bila hatimu terbuka untukku, datanglah padaku aku akan selalu menunggumu!” kata Rach kemudian
Tiba-tiba Pria dipanggil masuk oleh mamanya dan Pria masuk dengan hanya bisa memandangi Rach sambil berjalan. Besuk adalah hari pertunangan Pria. Rach tetap menanti di depan rumah Pria sampai Pria membuka pintu hatinya. Di dalam sana Pria hanya bisa menangis.
Sewaktu Chrisna datang dan acara segera dimulai Pria hanya diam saja. Akhirnya Pria memberanikan diri berterus terang bahwa dia menyukai Rach kepada ayah dan mamanya serta Chrisna. Chrisna pun mengerti dan merelakan Pria. Tapi ada satu kendalanya yaitu ayahnya. 15 menit pun telah berlalu. Hati ayahnya telah luluh. Akhirnya…
“Pergilah, Nak! Temui kekasihmu itu!” kata ayahnya kemudian
Mendengar itu semua Pria menagis bahagia. Pria hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada semuanya karena mama Pria juga sudah setuju. Akhirnya Pria berlari ke luar rumah dan menemui Rach. Mereka berdua menagis bahagia. Ternyata permintaan Pria di Mumbay benar-benar dikabulkan oleh Tuhan. Kemudian Rach dan Pria berteriak bersama-sama untuk mengatakan……
“LOVELY MUMBAY.”    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sinopsis Novel Sorry I Love You karya Fanny Salma

Sinopsis Novel Rasa Ini karya Ari Keling

Sinopsis Novel Chat, Love, and Danny Karya Kristina Erika